Sabtu, 29 Agustus 2015

Ini Sejarah Pembalut Wanita yang Perlu Anda Diketahui


Sekarang mah enak banget yah kalau datang bulan cewek-cewek bisa langsung beli pembalut, dulu mah boro-boro, ini dia Sejarah Pembalut Wanita yang Perlu Diketahui supaya cewek masa kini makin bersyukur!
Awalnya perempuan belum menggunakan alat bantu apapun ketika haid. Perempuan di masa-masa awal Masehi menghabiskan waktu dengan duduk di sebuah tempat dengan alas yang mampu menyerap darah menstruasinya.

Kemudian, perempuan mulai menggunakan bahan penyerap. Ada yang menggunakan papirus (perempuan Mesir kuno), daun pakis (Hawaii), lumut rumput, atau tanaman lain (Afrika), tampon kertas (Jepang), potongan pakaian atau lap (China), wol (Roma), kapas dan spons (Eropa), atau serat sayuran (Indonesia). Orang Inuit (Eskimo) memakai kulit kelinci sebagai pembalut.

Dalam beberapa tulisannya, Hippokrates, fisikawan sekaligus ahli medis Yunani kuno, menceritakan tentang perempuan-perempuan yang membuat tampon sendiri. Mereka membungkus potongan-potongan kain tiras lalu diletakkan pada bantalan dari kayu.

Dalam perkembangannya, pembalut mulai diperdagangkan. Berdasarkan sebuah dokumen kuno di kota kecil di Tunisia, ditulis di atas kertas kulit, sebagaimana ditulis S.D. Goitein dalam A Mediterranean Society, pada dekade kedua abad ke-11 pembalut menjadi komoditas perdagangan di Laut Tengah. Hal itu diketahui dari tagihan pengiriman/pemesanan barang.

Pembalut perempuan terus berevolusi. Sempat muncul model pembalut yang penggunaannya dimasukkan ke dalam kantong dan diselipkan di antara kedua kaki. Ada pula era menstrual cup (1867), di mana mangkuk penyerap cairan dimasukkan ke dalam kain yang dikaitkan pada ikat pinggang –waktu itu perempuan belum menggunakan celana dalam.

Sembilan tahun kemudian menstrual cup yang lebih baik ditemukan, dengan bahan terbuat dari karet. Selain dapat menampung darah hadis, model baru itu juga dilengkapi selang untuk mengalirkan darah ke penampungan yang dikenakan di luar, biasanya diikatkan di pinggang.

Pada abad ke-19, perawat-perawat di rumahsakit Eropa menemukan ide untuk membuat pembalut sekali pakai. Mereka membuatnya dengan bahan yang tersedia di rumahsakit: perban dari pulp kayu, yang biasa digunakan untuk merawat luka tentara, dengan bantalan penyerap terbuat dari buntalan kain.

Ide mereka lalu diadopsi sejumlah perusahaan. Berbentuk persegi empat dengan bahan kebanyakan katun, penggunaan bantalan kain itu diikatkan ke ikat pinggang atau korset si pemakai. Pembalut sekali pakai diproduksi massal pada 1900-an. Namun harganya mahal. Cuma perempuan kaya yang mampu membelinya. Ia menjadi bagian gaya hidup ekslusif perempuan kelas atas.

Ketika Perang Dunia I pecah, perban kapas untuk pembalut sulit diperoleh. Orang lalu menggantikannya dengan kapas selulosa. Perusahaan Kimberly-Clark memanfaatkan peluang ini. Pada 1920, produk Kotex-nya dipasarkan. Modelnya masih menggunakan sabuk elastis.

Namun rupanya, pembalut berbantalan eksternal tebal masih kurang nyaman digunakan. Melihat ketidaknyamanan istri dan pasien-pasien perempuannya, Dr Earle Haas lalu berusaha menciptakan sebuah tampon yang dapat dipakai untuk semua perempuan pada 1929.

Tampon modern pertama dengan aplikator akhirnya dia ciptakan dan dipatenkan dengan merek Tampax, dengan nama perusahaan yang sama –meski kemudian gonta-ganti pemilik. Tampax harus berjuang lama untuk bisa diterima pasar. Orang takut dampaknya: terhalangnya aliran darah yang keluar, kehilangan keperawanan, atau merangsang hasrat seksual. Baru pada 1945, ketika American Medical Association menyetujuinya, Tampax bisa leluasa menembus pasar.

Sampai 1970, ketika Stayfree dan New Freedom dipasarkan, semua pembalut menggunakan sabuk untuk pengikat, Stayfree dan New Freedom adalah merek pembalut; masing-masing produk Personal Products Company dan Kimberly-Clark. Di Indonesia, masa kolonial, ditunjukkan oleh iklan “Dames Gordel (Band dateng kotor)”, yang terbuat dari kain karet dengan tatakan (dinamakan “Kussen”) dari bahan kapas untuk menyerap darah haid.

Kemudian, pembalut dengan perekat mulai mengambil-alih. Bahan pembuat pembalut pun berubah setelah ditemukannya serat sintetis. Bahan, bentuk, dan fungsi pembalut juga lebih baik. Katun, rayon, atau campuran keduanya merupakan bahan yang umum digunakan sekarang. Penggunaan jeli untuk meningkatkan kemampuan penyerapan cairan atau sayap yang ditambahkan untuk memperluas bidang penampungan merupakan bagian dari evolusi pembalut.
Luar biasa yah Sob perjalanan pembalut wanita berevolusi sampai akhirnya menjadi seperti sekarang? Bersyukur yuk karena saat ini kita tak repot lagi ketika haid, ada banyak pembalut wanita yang bisa dipilih sesuai dengan kenyamanan masing-masing. sumber:annida-online

Ini Sejarah Pembalut Wanita yang Perlu Anda Diketahui Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts